Abstract |
: |
Padi merupakan sumber makanan pokok bagi sebagian besar penduduk Indonesia.
Peningkatan jumlah penduduk dan tingkat pendapatan masyarakat telah mendorong
meningkatnya permintaan pangan terutama beras. Fenomena perubahan iklim global
berdampak pada perubahan iklim yang tidak menentu (el nino dan la nina) serta ledakan
organisme penganggu tumbuhan (OPT) yang pada akhirnya berimplikasi pada penurunan
produksi padi. Salah satu solusi untuk mengantisipasi hal tersebut adalah dengan perakitan
kultivar padi ‘amphibi’ yaitu kultivar padi berdaya hasil tinggi (>10 ton/ha) dan adaptif terhadap
perubahan iklim. Kultivar padi merupakan salah satu teknologi utama yang mampu
meningkatkan produktivitas padi dan pendapatan petani. Kultivar padi juga merupakan
teknologi yang paling mudah diadopsi petani karena teknologi ini murah dan penggunaannya
sangat praktis. Penelitian tahun 2017-2020 telah menghasilkan nomer-nomer padi yang
berdaya hasil tinggi, umur relatif genjah, dan tahan OPT utama (wereng dan kresek). Tujuan
jangka panjang dari penelitian adalah untuk pelepasan varietas padi unggul koleksi Fakultas
Pertanian UGM berdaya hasil tinggi (>10 ton/ha) dan adaptif di agroekosistem sawah dan
lahan tadah hujan. Tujuan jangka pendek penelitian untuk melakukan pengujian daya hasil
10 galur harapan padi koleksi Fakultas Pertanian, UGM sebagai persiapan pendaftaran
varietas, uji multilokasi, dan pelepasan varietas. Tujuan jangka pendek ini merupakan bagian
dari tujuan jangka panjang penelitian. Penelitian akan dilaksanakan di agroekosistem sawah
di Kab. Sleman dan agroekosistem tadah hujan di Kab. Gunungkidul mulai bulan April -
November 2021. Penelitian menggunakan rancangan multilokasi (oversite design) tiga
ulangan. Faktor pertama adalah kultivar padi yang terdiri atas 10 galur harapan padi koleksi
Fakultas Pertanian, UGM dan 2 varietas pembanding yaitu varietas unggul nasional yang
telah dilepas BB Padi. Galur harapan Fakultas Pertanian, UGM terdiri atas GM 2, GM 8, GM
28, Mutan Lampung Kuning, Mutan Rojolele 30 Pendek, Mutan Rojolele 30 Tinggi, Mutan
V12T, Mutan Mayangsari, Mutan Lakatesan, dan V11. Varietas unggul nasional terdiri atas
Inpari 33 dan Inpari 30 sub Ciherang. Faktor kedua adalah tipe agroekosistem yaitu sawah
dan lahan tadah hujan. Variabel pengamatan adalah komponen pertumbuhan, komponen
hasil, hasil, dan kualitas beras. Analisis data menggunakan ANOVA (p<0.05), LS-Means,
HSD-Tukey Test, Best Linier Unbiased Prediction (BULP), dan GGE-Biplot. Output dari
penelitian jangka pendek ini berupa manuskrip publikasi di jurnal internasional bereputasi dan
pendaftaran varietas. |