ACADSTAFF UGM

CREATION
Title : KONSEP ILMU DALAM MISTICIME ISLAM
Author :

Drs. Farid, S.Ag., M.Hum. (1)

Date : 1997
Keyword : IMU,MISTICISM,ISLAM IMU,MISTICISM,ISLAM
Abstract : Ilmu adalah pengetahuan yang memenuhi empat syaratilmiah, yaitu berobjek, bersistem, bermetode, dan universal. Suatu pengetahuan -- baik empirik, rasional maupun intuitif -- jika didapatkan dari objek yang jelas, memakai metode tertentu, dirangkum dalam sebuah sistem dan kebenarannya berlaku secara umum dengan demikian akan merupakan sebuah ilmu. Persoalan ini lebih jauh dibicarakan dalam Epistimologi atau Filsafat Ilmu yang menyangkut dari mana sumber ilmu, bagaimana wataknya, serta verifikasi yang dimungkinkan untuk menguji kebenarannya.Dari segi sumbernya, ilmu dapat berasal dari otoritas, persepsi indra, akal dan intuisi. Sedangkan segi sifat atau wataknya dapat didekati melalui kacamata objektifisme dan subjektivisme. Verifikasi atas kebenaran ilmu sendiri dilakukan dengan mengetengahkan teori koresponden, konsistensi, dan uji kemanfaatanatau segi pragmatiknya.Konsepsi ilmu (pengetahuan) selama ini lebih mengacu pada paradigma empiris-rasional, sedangkan misticisme berhubungan dengan masalah non-empiris sehingga tak jarang dianggap sebagai irasional. Meskipun demikian kebenarannya diyakini, bahkan dianggap sebagai kebenaran sejati. Ini menyiratkan sebuah model keilmuan dan kerangka berpikir tersendiri yang spesifik.Konsep ilmu dalam misticisme Islam bersumber pada Al Qur'an- Hadits, guru atau mursyid,akal dan pengalaman fana.Dengan mengunakan metode interpretasi atas sumber pokok Islam dan mengkongkretkan dalam laku spiritual, maka konsep ilmu diformulasikan dalam bentuk ilmu syariat, thariqat, hakikat dan ma'rifat. Pembagian ilmu ini sifatnya bertahap, di mana ilmu syariat menempati tahap pertama dengan menitikberatkan pada aspek amalan lahiriah, dan tahap-tahapberikutnya makin bersifat batiniah. Ini berarti pada tahap terakhir, yakni ilmu hakikat, kebenarannya tidak terukur secara empirik dan lebih bersifat pribadi karena mengacu pada proses intuitif pelakunya. Intuisi mistik sendiri sifatnya otoritatif bagi orang yang mengalami, walaupun tidak mempunyai validitas bagi orang lain. Karena itu demi menghindari munculnya klaim sepihak atas kebenaran ilmu yang diperoleh, maka ilmu yaqin, ainul yaqin dan haqqul yaqin dihadirkan sebagai ukuran pembenar sebagai uji rasionalitas, kesaksian lahir dan batin, serta keyakinan akal budi. Keyakinan akal budi di sini adalah proses rasionalitas akal yang dicapai bersama kebersihan nurani. Dengan demikian keseimbangan akal-batin sangat ditekankan dalam rangka menemukan pengetahuan hakiki.Kesulitan yang ada muncul dari akibat keterlanjuran mengukur keilmiahan suatu hal dengan rasionalitas. Padahal sesungguhnya kebenaran sama sekali bukanlah monopoli rasional atau irasional, bahkan berada di luar dikotomi itu.
Group of Knowledge : Ilmu Religi dan Budaya
Original Language :
Level : Nasional
Status :
Published
Document
No Title Document Type Action