Title | : | Narasumber Seminar Rutin Departemen Fisika (Rebon) dengan Judul " Potensi Aplikasi Permutasi Entropi pada Monitoring Near-Real Time Aktivitas Seismik Gunungapi di Indonesia" |
Author | : |
Dr. Afif Rakhman, S.Si., M.T. (1) |
Date | : | 17 2021 |
Abstract | : | Dalam beberapa tahun terakhir, analisis ambient seismic noise secara luas diterapkan dalam studi peramalan (forecasting) erupsi gunung api. Variasi ambient seismic noise biasanya terjadi lebih awal dibandingkan sinyal prekursor lainnya. Salah satu pendekatan baru dalam analisis ambient seismic noise adalah perhitungan variasi temporal entropi permutasi. Sebelumnya telah diketahui bahwa penurunan entropi permutasi secara siginifikan selama 8 hari sebelum peristiwa erupsi subglasial Gjálp (Islandia) 1996 dapat diindikasikan sebagai salah satu prekursor jangka pendek. Berdasarkan perhitungan variasi temporal frekuensi dominan (DF) dan sentroid (CF), penurunan tersebut diperkirakan akibat berkurangnya intensitas aktivitas seismik pada komponen frekuensi tinggi (> 1 Hz) yang disebabkan kenaikan magma ke bagian atas kerak bumi. Pada studi ini kami menyajikan penerapan simultan perhitungan variasi temporal entropi permutasi (permutation entropy atau PE) dan kerapatan spektrum daya (power spectral density atau PSD) pada analisis erupsi subglasial Gjálp 1996 dan erupsi eksplosif Merapi (Indonesia) 2010. Perhitungan PE digunakan untuk melihat tingkat stokastik sinyal menjelang erupsi, sedangkan perhitungan PSD digunakan untuk melihat variasi derau latar (background noise) pada beberapa pita frekuensi. Data seismik kontinu yang digunakan pada studi ini diperoleh dari IRIS Waveform Depostory (USA) dan BPPTKG (Indonesia). Hasil perhitungan PSD pada studi ini dapat mengkonfirmasi dengan baik penurunan intensitas aktivitas seismik pada pita frekuensi tinggi bersamaan dengan kenaikan intensitas pada frekuensi rendah di stasiun HOT23, HOT14, dan HOT25 selama 8 hari sebelum erupsi Gjálp. Perhitungan terkait erupsi Merapi 2010 memperlihatkan penurunan nilai PE secara berangsur-angsur dari ~ 0,98 di awal September menjadi ~ 0,91 sebelum onset erupsi pertama tanggal 26 Oktober pukul ~ 10.02 UTC di stasiun PUS. Meskipun demikian, penurunan tersebut tidak terkonfirmasi pada stasiun DEL dan PLA yang berada lebih jauh dari puncak. Variasi PSD pada pita frekuensi rendah dan tinggi di stasiun PUS hampir selalu beriringan, semakin linier, dan mengalami kenaikan tajam pada enam hari menjelang erupsi pertama. Dua onset erupsi utama pada 26 Oktober dan 4 November berkesesuaian dengan dua puncak PSD tertinggi pada pita frekuensi tinggi maupun rendah. Faktor utama yang diperkirakan mempengaruhi perbedaan hasil perhitungan PE dan PSD antara Islandia dan Merapi adalah perbedaan tatanan geologi. Sifat hamburan (scattering) gelombang pada komponen frekuensi tinggi akibat kenaikan magma tidak begitu mengalami penurunan di Merapi karena geometri internalnya yang berupa saluran magma tunggal dari dapur magma yang terhubung secara vertikal ke kantong magma. Selain itu, terdapat pula perbedaan pada ragam gempa vulkanik yang terjadi, kemiringan lereng, ketebalan lapisan kerak benua, serta jenis lapisan batuan. |
Group of Knowledge | : | |
Original Language | : | |
Level | : | Nasional |
Status | : |
No | Title | Action |
---|