Abstract |
: |
COVID-19 muncul sebagai penyakit infeksi yang mengancam dunia. Sejak kemunculannya di Wuhan pada akhir tahun 2019, virus ini telah menyebar ke seluruh benua, kecuali Antartika. Kesenjangan antara jumlah kasus sebenarnya dengan kasus yang terdeteksi masih sangat tinggi. Diagnosis COVID-19 di Indonesia dilakukan dengan RT- PCR, namun RT-PCR hanya tersedia di laboratorium-laboratorium besar, dan berbiaya mahal, sehingga tidak sesuai digunakan sebagai tes skrining. Diagnosis dengan antibodi terhadap SARS CoV- 2 memiliki sensitivitas rendah selama fase awal infeksi, dan dengan demikian tidak dianjurkan untuk skrining COVID-19. Sensitivitas CT (computer tomography) scan dada berkisar 73% hingga 89%, namun memaparkan pasien pada radiasi.
Tes napas dengan electronic nose berpotensi menjadi alat skrining. Electronic- noses telah digunakan untuk diagnosis penyakit infeksi pada paru-paru yang lain, seperti tuberkulosis. Universitas Gadjah Mada telah mengembangkan alat electronic-nose. Alat tersebut mudah digunakan, portabel, hanya memerlukan listrik kecil untuk mengisi ulang daya seperti pada telepon genggam, dan dapat diproduksi dengan harga murah. Dengan bentuknya yang portabel, electronic-nose dapat dipakai untuk skrining. Pasien yang didiagnosis positif dengan electronic-nose kemudian dapat dirujuk untuk tes lanjutan yang lebih spesifik untuk konfirmasi diagnosis. Selain itu, kondisi pasien (OTG, bergejala ringan dan bergejala berat) ditengarai berhubungan dengan berbagai macam faktor. Oleh karena itu, untuk mendapatkan gambaran laboratorium terkait kondisi klinis pasien beberapa parameter lain juga akan diperiksa, yaitu sitokin terkait inflamasi.
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan penemuan kasus COVID-19 secara aktif di Indonesia dengan menggunakan electronic-nose sebagai alat skrining, dan mengkaji perbedaan gambaran klinis pasien dengan parameter imunologis dan infeksi penyerta. Pada tahap pertama, dilakukan validasi electronic-nose dengan 615 sampel nafas dari pasien COVID-19 dan non-COVID-19 sebagaimana telah diselesaikan. Pada tahap kedua, electronic-nose akan digunakan sebagai skrining dan uji diagnostik di 9 RS multisenter. Partisipan yang positif dengan electronic-nose, dan atau mempunyai gejala COVID-19, akan dirujuk untuk tes cepat molekuler (RT-PCR) yang direkomendasikan oleh WHO, yang mempunyai spesifisitas diagnosis lebih tinggi. Performa tes napas sebagai skrining COVID-19 akan dibandingkan dengan performa gejala, dengan referensi tes RT-PCR. Time and cost analysis tes napas sebagai skrining COVID-19 juga dilakukan. Data karakteristik partisipan akan dikumpulkan, seperti usia, berat badan, tinggi badan, jenis kelamin, kebiasaan merokok, komorbiditas, komedikasi, pekerjaan, sanitasi lingkungan, dan kondisi tempat tinggal. Dengan insidensi kasus COVID-19 yang masih meningkat di Indonesia, diharapkan electronic-nose dapat meningkatkan deteksi kasus COVID-19 dan mencegah penyebaran infeksi lebih lanjut di dalam masyarakat, sehingga dapat mengakhiri pandemi COVID-19. Selanjutnya semua data dan biosample dari partisipan akan disimpan dalam repository jangka panjang. |