ACADSTAFF UGM

CREATION
Title : PENDATAAN INDIKATOR KESEHATAN GIGI DAN MULUT DESA PANJANGREJO KECAMATAN PUNDONG MENUJU DESA SEHAT GIGI DAN MULUT 2030
Author :

drg. Pramudya Aditama, M.D.Sc., Sp.Pros (1) Leny Pratiwi Arie Sandy, S.Kp.G., MDSc. (2) drg. Fimma Naritasari, MDSc (3)

Date : 2016
Abstract : Kesehatan gigi dan mulut sangat berkaitan dengan kesehatan sistemik tubuh manusia seperti penyakit kardiovaskuler, respirasi, endokrin, musculoskeletal dan abnormalitas bayi lahir berat badan rendah (John V, dkk, 2016). Selain itu kondisi kesehatan mulut juga merupakan cermin awal untuk diagnosi adanya kelainan sistemik, seperti Diabetes Mellitus, bahkan HIV. Adanya infeksi bakteri periodontopathogenikpada manusia ditandai dengan peningkatan jumlah neutrofil, limfosit dan sel plasma di gingiva dan cairan krevikuler gingiva yang dapat berpenetrasi melalui pembuluh darah dan menyebar keseluruh tubuh manusia. Sayangnya masyarakat kurang memperhatikan akan hal tersebut. Bahkan Departemen Kesehatan sebagai bidang tertinggi yang membidangi kesehatan telah menghapuskan direktorat kesehatan gigi dan mulut Berdasarkan pada data informasi (DATIN KESGILUT 2014), Riskesdas 2007 dan 2013 menunjukan adanya peningkatan jumlah penderita gigi mulut dari 29.7% (2007) menjadi 31.3%, sementara untuk effective medical demand (EMD) menunjukan adanya peningkatan dari 6.9% menjadi 8.1%. Jogyakarta merupakan provinsi ke 4 dengan jumlah penderita kesehatan gigi dan mulut tertinggi dan provinsi ke 3 dengan EMD tertinggi se Indonesia. Kondisi ini merupakan suatu hal yang menjadikan perhatian utama dari Fakultas Kedokteran Gigi UGM. Sejalan dengan visi dan misi FKG UGM, maka dikembangkanlah desa binaan yang diharapkan mampu mewujudkan masyarakat yang mampu mendorong kemandirian dalam bidang kesehatan gigi dan mulut secara berkelanjutan. Saat ini FKG UGM mempunyai dua dusun yang telah dibina yaitu Desa Donokerto dan Desa Ngoro Oro. Tahun 2016, desa Wonokerto Turi sebagai desa binaan UGM diplih untuk pengembagan kader kesehatan gigi dan mulut menuju desa bebas penyakit gigi dan mulut. Dalam pengembangan metode penurunan penyakit gigi dan mulut disamping dilakukan perawatan terhadap penyakit yang sudah ada diperlukan pendekatan pendekatan sociodental approach, sebuah pendekatan untuk melihat permasalahan kebutuhan perawatan kesehatan gigi berdasarkan pada sociodental culture approach. Berdasarkan pada penelitian menunjukan bahwa pada suatu daerah di kota Bandung menunjukan adanya prevalensi bebas karies gigi hanya 1,3% saja. Sisanya, 98,7% responden memiliki karies gigi. Dari prevalensi tersebut ternyata , jumlah masyarakat yang datang baru sekiitar 35% saja, 65% masyarakat memilih untuk merawat dan mengobatinya sendiri. Kesenjangan ini terjadi disebabkan adanya perbedaan persepsi dimana menurut tenaga medis rasa nyeri perlu dilakukan perawatan, akan tetapi bagi masyakarat nyeri gigi selama bisa diobati sendiri tidak perlu untuk dibawa ke pelayanan kesehatan. Kesenjangan tersebut bisa diatasi dengan suatu pendekatan kepada tokoh masyarakat di daerah tersebut. Hal ini mengingat bahwa didalam kultur kita Masyarakat cenderung aktif bertanya kepada tetua/sesepuh ketimbang ke dokter. Penyebab lainnya adalah terkait faktor sosial ekonomi, dan faktor psikologis dimana dalam benak masyarakat, dukun atau paraji lebih bernas ketimbang dokter ataupun bidan. Guna memulai penangangan yang komprehensif dalam penyakit gigi dan mulut di Indonesia, diperlukan data mengenai status kesehatan dan jaringan periodontal, indikator perilaku kesehatan gigi dan indikator jangkauan pelayanan (EMD).Data tresebut sangat diperlukan untuk merencanakan rencana program kerja yang sesuai untuk suatu daerah. Desa Panjangrejo Kecamatan Pundong merupakan desa binaan terbaru yang diajukan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Bantul kepada FKG UGM ketika perpajangan MOU tahun 2015. Desa dengan luas wilayah Kurang Lebih 528.3580 Ha diajukan berdasarkan pada waktu kegiatan Pengabdian Masyarakat dalam rangka Dies FKG UGM ke 68 antusias masyarakat untuk memeriksakan gigi dan mulut sangat besar, meskipun desa tersebut terdapat Puskesmas Perawatan. Desa Panjang Rejo terdiri atas 16 dusun dengan penduduk sebanyak 9233 jiwa. Berdasarkan analisis masalah tersebut diatas maka dalam program menuju desa bebas penyakit gigi dan mulut 2030 dalam program hibah Pengabdian Masyarakat 2016 Pemandatan diajukan Program Pendataan Indikator Kesehatan Gigi dan Mulut di Desa Panjangrejo Kecamatan Pundong Kabupaten Bantul sebagai Desa Bebas Penyakit gigi dan mulut 2030. Diharapkan dengan adanya data yang lengkap ini dapat dihasilkan program yang komprehensif yang bisa diusulkan kepada Puskesmas setempat dan kedapannya bisa sebagai acuan untuk pengembangan program pencegahan dan perawatan gigi mulut di Indonesia.
Group of Knowledge :
Original Language :
Level : Nasional
Status :
Document
No Title Document Type Action