Abstract |
: |
Berdasarkan Riset kesehatan dasar (Riskesdas), prevalensi gangguan jiwa di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) meningkat dari 2,7 per mil (2013) menjadi 10,36 per mil (2018). Angka tersebut lebih tinggi dari rerata nasional (1,7 per mil pada tahun 2013 dan 7 per mil pada tahun 2018). Tingginya prevalensi gangguan jiwa di DIY menegaskan pentingnya intervensi untuk masalah kesehatan jiwa di DIY.
Terdapat lebih dari 100 perguruan tinggi di DIY dengan puluhan ribu mahasiswa yang berpotensi sebagai agent of change. Universitas Gadjah Mada (UGM) sebagai perguruan tinggi tertua dan terbesar di DIY telah mendeklarasikan diri sebagai health promoting university (HPU) pada Juli 2019, dan salah satu fokusnya adalah kesehatan mental. Di sisi lain, mahasiswa yang mayoritas remaja, rentan mengalami stressor psikososial. Masalah kesehatan mental pada usia remaja akan memberikan dampak pada kesehatan fisik, mental dan sosial pada masa dewasa. Selanjutnya, masalah kesehatan mental pada masa dewasa akan mempengaruhi kinerja dan produktivitas.
Pandemi COVID-19 telah mengubah struktur dan proses pembelajaran menjadi daring dengan berbagai penugasan. Situasi pandemi sendiri telah menjadi stressor kronis yang membatasi aktivitas dan fungsi sosial mahasiswa. Pembelajaran pada masa pandemi berpotensi mengganggu kesehatan mental, prestasi, dan kemampuan para mahasiswa kedepannya. Sebagai respon, Gama Medical Center (GMC) telah menambah jam layanan konseling untuk sivitas kampus, namun tingginya kebutuhan konseling masih membuat antrian panjang untuk konseling di GMC.
Hal tersebut menjadi tantangan sosial untuk mengembangkan model layanan kesehatan mental yang mampu menjangkau lebih banyak mahasiswa melalui pengembangan program mental health first aid (MHFA). Penelitian ini bertujuan untuk menginisiasi pengembangan MHFA di UGM.
Penelitian ini dilakukan dengan rancangan participatory research action, yang meliputi tahapan (1) engaging with the real setting, (2) defining the issue, (3) planning action, (4) taking action, dan (5) analyzing and reflecting on action. Responden Penelitian ini adalah mahasiswa program sarjana UGM angkatan 2019 yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Mahasiswa akan direkruit secara terbuka dari semua fakultas di UGM, kemudian dilatih sebagai MHFA. Untuk mendukung hal tersebut, akan dilakukan diskusi dan advokasi kepada pengambil kebijakan baik di level universitas maupun fakultas untuk mendapatkan dukungan untuk pelaksanaan kegiatan MHFA. Monitoring dan evaluasi akan dilakukan secara kuantitatif dan kualitatif. Berdasarkan proses tersebut akan dihasilkan model pengembangan MHFA sebagai sarana promosi kesehatan untuk kesehatan mental pada mahasiswa. |